Gunung Semeru, Sang Atap Jawa yang Tak Pernah Tidur

Alby Zafr

Gunung Api Semeru 2024

Gunung Semeru dikenal memiliki ketinggian 3676 meter di atas permukaan lau (mdpl), yang memiliki bentuk seperti krucut dan hingga saat ini semeru pada tahun 2024 ketinggian puncak mahameru masih tetap 3676 mdpl bukanlah naik ketinggian 3.744 mdpl.

Ketinggian semeru 3.744,50 mdpl adalah merupakan lava yang memiliki kubah di Jonggring Saloka bukanlah tingginya puncak mahameru.

Banyak yang mengatakan Gunung Semeru sebagai atap pulau jawa, dan sebuah gunung tertinggi di pulau Jawa.

Sejak tahun 1972, pertumbuhan kubah lava di Gunung Semeru terus berlanjut hingga mencapai ketinggian 3.744,5 meter di atas permukaan laut. Awan panas guguran kadang-kadang mengalir melalui Kali Glidik hingga mencapai batas hutan. Pada akhir tahun, letusan terjadi setiap 5 hingga 45 menit dengan ketinggian asap maksimum mencapai 500 meter di atas bibir kawah. Pasir dan debu terlempar hingga sekitar 1 km dari kawah.

Informasi Umum

  • Nama Gunung Api: Gunung Semeru
  • Nama Lain: Semeroe, Smeru, Smiru
  • Nama Kawah: Jonggring Seloko
  • Lokasi Geografis: 08ยฐ06.5′ LS dan 112ยฐ55′ BT
  • Lokasi: Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur
  • Ketinggian: Puncak Mahameru 3.676 meter
  • Kubah Lava Jonggring Seloko: 3.744,50 meter
  • Kota Terdekat: Malang, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan
Dok. Badan Geologi, PVMBG, Pos Pengamatan Gunung Api Semeru

Gunungapi Semeru, dengan kubah lava Jonggring Saloka, adalah gunungapi aktif yang menjulang tinggi dipulau jawa, setelah penurunan status dari level III (siaga) menjadi level II (waspada) pada tanggal 15 Juli 2024 saat ini memiliki ketinggian 3.744,50 meter di atas permukaan laut. Gunung ini terletak di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, dengan koordinat 8ยฐ6,5″ LS dan 112ยฐ55″ BT. Pemantauan aktivitas gunung dilakukan dari Pos Pengamatan Gunung Semeru di Gunung Sawur.

Waktu itu pada tahun 1913 dan 1946, Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian mencapai 3.744,8 meter hingga akhir November 1973. Di sisi selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah, menyebabkan aliran lava mengarah ke selatan dan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.

Erupsi Gunung Semeru biasanya bertipe vulkanian dan strombolian, yang melibatkan penghancuran dan pembentukan kubah atau lidah lava baru. Proses penghancuran kubah atau lidah lava ini seringkali menghasilkan awan panas guguran, ciri khas dari aktivitas gunung ini.

Data letusan dari tahun 2020, 2021, 2022, hingga 2023 menunjukkan bahwa letusan dan awan panas masih sering terjadi, dengan arah utama ke tenggara menuju Besuk Kobokan. Jarak awan panas bervariasi, dan erupsi yang terjadi relatif terus menerus menghasilkan gas dan material batuan di sekitar kawah atau puncak. Sebagian material ini jatuh ke lereng, membentuk endapan yang berpotensi menjadi awan panas guguran jika stabilitasnya terganggu.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat!

Bagikan:

Baca Juga